Sewon Terbuka merupakan salah satu tradisi mahasiswa Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang merupakan wadah untuk menyalurkan kreativitas mahasiswa. Awal tercetusnya ide sewon terbuka ini ialah sekumpulan mahasiswa yang ingin menggelar pameran, namun fasilitas galeri belum tersedia di kampus. Sehingga pameran dilakukan di lingkungan terbuka sekitar kampus

Pameran dibuka oleh Pak Alexandri Luthfi selaku Dekan FSMR. Pembukaan juga diramaikan oleh HMJ Teater dan HMJ Tari. Bertemakan ‘Masa Kecil’, Sewon terbuka 6 yang diketuai oleh Fauzi TV’12 ini terdiri atas 16 karya yang sudah melalui proses penyeleksian. Karya yang masuk bukan hanya dari mahasiswa media rekam tetapi juga mahasiswa Fakultas Seni Rupa. Display karya memanfaatkan ruang terbuka yang terdapat di FSMR. Karya seni diharuskan untuk tahan terhadap berbagai kondisi cuaca, ini merupakan salah satu syarat dalam dalam proses seleksi. Namun sangat disayangkan pada saat pameran terdapat beberapa karya yang rusak karena hujan.
Rangkaian acara dari Sewon Terbuka 6 adalah ‘Diskusi Seni’. Diskusi yang diadakan di Galeri FSMR ini membahas tentang indikator kesuksesan sebuah pameran. Diskusi berlangsung dengan lancar dan menuai berbagai tanggapan. Dapat disimpulkan, kesuksesan sebuah pameran itu bergantung pada kesepakatan awal bersama. Indikator pameran harus ditentukan apakah lebih mengedepankan proses pembuatan karya, proses pameran, banyaknya pengunjung, atau banyaknya karya yang di pamerkan? Hal itu harus sepakati bersama sehingga dapat dinilai kesuksesan dari pameran tersebut.

Diskusi ini juga menyinggung perihal relevan atau tidaknya penyelenggaraan sewon terbuka selanjutnya. Fajar Riyanto FT’10, akrab dipanggil Pak Dhe berpendapat bahwa relevan atau tidaknya bergantung pada pihak penyelenggara. Strategi seperti apa yang akan dilakukan agar tercapai kesuksesan? Penyelenggara harus meluaskan pandangan tentang pameran. Fauzi sendiri mengatakan sewon terbuka masih sangat relevan untuk diadakan, namun harus dapat mewakili semangat pada zamannya. Tidak perlu terpaku terpaku pada angkatan sebelumnya. Saran penting lain dari Ridho TV’13 untuk penyelenggara sewon terbuka selanjutnya agar tidak terpengaruh akan status “tradisi” dan melakukan hal-hal dengan penuh persiapan.
Pameran Sewon terbuka ini diharapkan dapat berguna sebagai wadah kreativitas diluar kebiasaan mahasiswa FSMR. Namun sayang, acara ini masih kurang mendapat perhatian dari mahasiswa FSMR sendiri. Ada yang masih terlalu sibuk dengan kegiatannya, ada yang masih berlibur ria, juga ada yang menghilang tanpa alasan. Apa penyebab hal itu terjadi? Apakah karena publikasi yang kurang tersampaikan? Atau dari mahasiswanya sendiri yang memang merasa kurang memiliki kampus? Apa lagi upaya yang harus dilakukan?
Oleh Wisnu Wibowo